Victoria Suprihatin

Victoria Suprihatin namanya. Ya Suprihatin. Nama yang sangat jelas menggambarkan dalam kondisi seperti apa ia dilahirkan. Kondisi yang berbeda tentunya dengan nama Astuti ataupun Maryati kakak kandungnya. Terlahir sebagai bungsu dari 10 bersaudara, ia tidak sempat mengenal ayah kandungnya. Sang ayah meninggal ketika Suprihatin masih bayi. Ia lahir pada tahun 1945 sehingga pada masa revolusi fisik ia turut merasakan lari dari kota dan mengungsi dengan digendong kakak-kakanya ke lereng-lereng gunung Merapi .

Ketika lulus SMP Suprihatin muda meneruskan pendidikan di sekolah perawat. Bukan karena ingin jadi perawat. Semata-mata mencari ikatan dinas dan asrama agar terlepas dari keprihatinan yang terus menyertainya.

Namun keprihatinan-keprihatinan itulah yang telah menempa Suprihatin menjadi pribadi dengan tekad seteguh karang dan hati seluas samudra. Segala halangan dihadapinya dengan tabah. Ketika pria pilihannya tidak disukai oleh ibu dan kakak-kakaknya, dia tetap bertahan. Segala sindiran dan cemoohan diterimanya dengan lapang dada. Untunglah setelah bekerja dan berkeluarga, kehidupannya mulai mapan meskipun tidak berlebih. Cukup untuk hidup secara sederhana. Dan berkat kesabarannya pula, akhirnya sang suami dapat diterima oleh ibu dan kakak-kakaknya. Continue reading