Penelitian Selama Bertahun Tahun

Pernahkan Anda mendengar promosi yang berbunyi kurang lebih seperti ini:

“Penelitian selama bertahun tahun menunjukkan bahwa …(nama product)… digunakan oleh lebih dari X% … (jenis profesi)”

Dalam hal ini jenis profesi yang dimaksud adalah ahli atau expertise dalam kategori product yang dimaksud.

Contohnya untuk memperjelas: Kalau product-nya shampoo, maka jenis profesinya adalah hair stylist, kalo product-nya pasta gigi, profesinya adalah dentist, kalo product-nya energy drink, jenis profesinya mungkin atlit.

Jadi kalimat di atas lengkapnya bisa jadi adalah:

“Penelitian selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa Shampoo Sutra digunakan oleh lebih dari 70% hair stylist

Lho kok nama shampoo-nya seperti nama alat kontrasepsi yach? Biar ah.. lha wong maksudnya biar rambut selembut sutra je he.he..he…

 

Apa reaksi anda jika mendengar hal itu?

Anda percaya akan kehebatan product tersebut? Anda tertarik menggunakan product tersebut?

 

Hati-hati Saudara, jangan cepat percaya. Cek lagi deh apa maksudnya.  Ingat, PM Inggris, Benjamin Disraeli pernah mengingatkan, di dunia ini cuma ada tidak macam kebohongan: lies, damned lies, and statistic. Saran saya, baca deh buku How to Lie with Statistics, karya Darrell Huff. Atau yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Berbohong dengan Statistik.

 how to lie with statistics

(gambar versi asli aku ambil dari sini, versi terjemahan koleksi pribadi)

Buku ini cukup kontrofersial pada masanya, karena mengungkapkan beberapa praktek “penipuan” atau “mis-lead” dengan menggunakan statistic. Mis-lead itu bisa berupa penyajian data dan hasil, asal menggunakan data, atau pemaparan dua data yang kelihatannya berhubungan padahal sesungguhnya tidak, dan banyak cara yang lain. Praktek ini sering digunakan oleh “praktisi statistic” bukan oleh “statistics” itu sendiri atau “statistician”.

 

Bagaimana cara berbohong untuk contoh kasus diatas? Apa yang salah dengan “Penelitian selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa Shampo Sutra digunakan oleh lebih dari 70% hair stylist”?

 

Tidak perlu panjang lebar menerangkan, mungkin dengan membaca illustrasi di bawah ini saja sudah cukup. Tidak perlu pusing-pusing dengan hitungan. Very simple:

  Continue reading

Quick Count: Just Another Prove

Pilpres sudah berlangsung dengan lancar beberapa hari yang lalu. Hasil Quick Count sudah bermunculan. Banyak komentar yang muncul, dan ada pula yang mempersoalkan proses pilpres itu sendiri yang berakibat pada keluarnya hasil seperti yang ada saat ini.

Bagaimana perasaan Anda atau komentar Anda sendiri melihat hasil quick count?

Jujur, terlepas dari hasil yang ada, aku merasa mongkok melihat hasil quick count. Apa itu mongkok? Kenapa?

Mongkok adalah ungkapan dalam bahasa Jawa yang berarti kurang lebih berarti rasa bangga, kagum, ada terbersit rasa suka cita.

Kenapa aku bisa mongkok melihat hasil pilpres?

Apakah yang sementara unggul adalah pilihanku?

Bukan. Bukan itu yang membuat mongkok. Yang membuat mongkok adalah hasil quick count sekali lagi membuktikan bahwa statistik dapat digunakan untuk melihat kondisi suatu populasi, asalkan metode sampling-nya benar.

Yah, sebagai orang yang pernah belajar statistik, aku merasa bangga juga (boleh kan…?), ternyata memang apa yang pernah aku pelajari bisa memberikan hasil yang “sama” meskipun pelaku quick count berbeda-beda. Bahkan yang berbeda bukan hanya pelaku quick count saja, mungkin saja metode penentuan sample-nya pun berbeda, namun jika semua dilakukan secara benar dan sesuai kaidah keilmuan, ternyata hasilnya “tidak berbeda”

Dengan modal hasil ini (dan juga hasil-hasil yang lain), aku akan punya tambahan bekal jawaban untuk menjawab pertanyaan yang sering dilontarkan “Apakah benar hasil surveynya?”

 Coba perhatikan hasil quick count berbagai lembaga yang sempat saya ambil dari kompas dan sedikit sentuhan dari saya agar lebih enak terbaca.

Continue reading