Keindahan Tana Toraja

Pariwisata di Tana Toraja mulai berkembang pada tahun 1970-an, terutama setelah National Geographic menyiarkan liputan pemakaman Puang dari Sangalla pada tahun 1972. Semenjak itu wisata di Toraja terus berkembang pesat, hingga mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1980an – 1990an.

Pada akhir 1990an, wisata di Tana Toraja mulai meredup seiring dengan adanya kerusuhan-kerusuhan yang terjadi beberapa daerah di Indonesia, terutama di Poso, pada Desember 1998, April 2000, dan Mei-Juni 2000.

Kini pariwisata di Toraja mulai bangkit lagi, meskipun masih jauh jika dibandingkan dengan masa kejayaan di tahun 1980an.

Ada apa sih sebenernya di Toraja sehingga sangat menarik para wisatawan?

Situs Pemakaman

Banyak terdapat situs pemakaman di Tana Toraja. Tersebar hampir di banyak tempat. Dan lokasi-lokasi pemakaman tersebut masih digunakan sampai sekarang.

Ada beberapa jenis pemakaman. Ada yang berupa goa alam, bukit yang dipahat, batu yang dilubangi, maupun pohon untuk pemakaman bayi. Ada juga makam buatan yang disebut sebagai Patane. Makam-makam tersebut beberapa dilengkapi dengan Tau Tau, yaitu tiruan orang yang sudah meninggal.

Makam yang dipahat pada tebing-tebing batu

Continue reading

Pesona Toraja – Palopo

Dalam melakukan pekerjaan aku dituntut untuk banyak melakukan perjalanan ke beberapa area. Ini adalah sepenggal sharing pengalaman dalam perjalananku, Pare-Pare – Rantepao (Tana Toraja) – Palopo – Soroako. Sepenggal kisah path Pare-Pare – Toraja telah aku sharing-kan dalam tulisan Berkibarlah Benderaku.

 

Ini adalah penggalan berikutnya. Toraja – Palopo.

Tulisan mengenai penggalan Palopo – Soroako berikut keindahan dan ketenangan Danau Matano akan menyusul dalam tulisan selanjutnya.

 Sebenarnya route Toraja – Palopo pernah aku lewati, namun waktu itu telah malam sehingga tidak tampak keelokan alamnya.

 

Perjalanan dari Rantepao ke arah Palopo diwarnai dengan tanjakan, turunan dan kelokan. Pemandangannya sungguh asri. Dari Rantepao, kami harus merambat mendaki gunung. Gugusan gunung itu cukup tinggi sehingga selalu tertutup awan di puncaknya. Ketika merayapinya seakan-akan kita menuju dan memasuki “wilayah” yang lain. Ada suasana magis yang menyelimuti. Kental terasa.

 

Sebelum menembus puncak berbalut awan tersebut, kami melewati perkampungan-perkampungan masyarakat Toraja. Banyak sekali kami menjumpai rumah adat Toraja (tongkonan), baik yang masih baru maupun yang sudah cukup tua. Sangat beruntung aku sempat melihat orang membangun atap tongkonan.

 

Tongkonan yang sudah jadi dan yang sedang dalam proses pembuatan atap

Tongkonan yang sudah jadi dan yang sedang dalam proses pembuatan atap

  Continue reading