Pelajaran Sejarah

Satu tahun empat bulan satu hari…
Sudah lama sekali blog ini aku tinggalkan, lumutan dan berkarat.

Saat ini aku kembali ditempatkan di Jakarta, dengan segala kesibukan dan kemacetannya. Alasan klise untuk tidak meng-update blog ini. Namun, sesungguhnya bukan itu yang menyebabkan sekian lama blog ini terbengkalai. Aku kehilangan passion untuk menulis. Uh… dasar blogger KW3.

Untuk sekarang pun, yang aku posting bukan tulisanku. Ini adalah cerpen karya Seno Gumira Ajidarma, dengan judul seperti tertulis dalam judul tulisan ini. Pelajaran Sejarah. Cerpen ini ada dalam kumpulan cerpen SGA yang berjudul Saksi Mata.

Di penghujung bulan Mei ini, mungkin saat yang tepat untuk mengajak anak-anak untuk belajar sejarah di Semanggi, Trisakti, Glodok, Cawang, serta sudut-sudt lain Jakarta … dan merasakan getaran yang ada di sana

Continue reading

Arjuna Sasrabahu

Ini bukan cerita singkat tentang kisah pewayangan Arjuna Sasrabahu, karena saya sendiri pun belum tahu cerita Arjuna Sasrabahu secara detail dan lengkap. Yang saya tahu hanyalah:

Arjuna Sasrabahu adalah tokoh yang menjadi musuh Rahwana. Arjuna Sasrabahu berhasil mengalahkan Rahwana, tapi Rahwana sendiri kemudian mati di tangan Rama dalam kisah Ramayana. Dalam kisah Arjuna Sasrabahu ada tokoh bernama Bambang Sumantri dan Kakrasana.

That’s all. Sudah itu saja yang saya tahu. Mau cari bukunya sekarang, si Arjuna Sasrabahu agak sulit ditemukan. Lain halnya dengan Mahabharata dan Ramayana yang banyak sekali di toko-toko buku.

Banyak pertanyaan mengenai Arjuna Sasrabahu menggelayut dalam benak saya, terutama ketika berusaha menempatkan kisah ini dalam kurun waktu tertentu. Pertanyaan ini muncul karena kelahiran dan kematian Rahwana selalu dikisahkan dalam kisah Ramayana. Tapi dalam kisah Ramayana itu tidak pernah muncul atau menyinggung si Arjuna Sasrabahu ini.

Pertanyaan tersebut akhirnya mendapat sedikit jawaban ketika saya chatting dengan IJuliars. Walaupun hanya garis besarnya saja, namun percakapan singkat di dunia maya itu telah memberikan sedikit gambaran bagaimana meletakkan Arjuna Sasrabahu dan Ramayana dalam rentang waktu.

Continue reading

Prosa Lirik

Dahulu waktu duduk di kelas 3 SMP, Bu Guru Bahasa Indonesia, menjelaskan bahwa ada tiga jenis karangan. Prosa, Puisi, dan Prosa Lirik. Prosa, jelas. Anda semua tentu pernah membacanya. Tulisan ini pun termasuk prosa. Puisi, jelas juga. Anda semua tentu pernah “minimal” membacanya. Bahkan mungkin ada juga yang sering membuatnya. Tapi, prosa lirik? Apa tuh? Mungkin belum semua pernah melihat prosa lirik.

 Penjelasan dari Bu Guru waktu itupun kurang memuaskan bagiku.

Simple-nya, berbentuk prosa, tapi ada rima di dalamnya.” That’s it. Hanya itu penjelasan waktu itu. Contoh juga tidak ada.

 

Tahun berlalu, dan si prosa lirik pun terlupakan olehku. Lebih dari lima tahun telah berselang.

 

Suatu ketika, aku main ke tempat kos temanku. Dan seperti biasa, mataku selalu jelalatan dan menjelajah setiap kali melihat buku tersusun rapi dalam rak.

”Lihat koleksi bukumu ya mBak?”

 (temenku beberapa tahun lebih tua dari aku, jadi jangan heran kalau aku panggil mBak ya? He…he.. )

 Mataku menelusuri buku-buku yang berbaris rapi di rak bukunya. Buku-buku kuliah langsung aku skip saja, lha wong beda jurusan. Dia accounting sedangkan aku statistik.

 

Mataku terpaku pada judul sebuah buku. Pengakuan Pariyem judulnya, karangan Linus Suryadi AG.

 

„Bagus gak?” tanyaku, sambil menunjukkan buku itu padanya.

 

„Bagus sih… ning rada saru”

 

Hemmm.. ini yang menarik. Rada saru alias agak porno. He..he…

 

Akhirnya buku itu, menemaniku pulang, a.k.a aku pinjem. Maklum mahasiswa, pinjam meminjam buku merupakan hal yang sangat lumrah.

 

Malam itu aku mulai ”mendengar” pengakuan Pariyem. Pengakuan yang menghanyutkan saya.

  Continue reading

Penelitian Selama Bertahun Tahun

Pernahkan Anda mendengar promosi yang berbunyi kurang lebih seperti ini:

“Penelitian selama bertahun tahun menunjukkan bahwa …(nama product)… digunakan oleh lebih dari X% … (jenis profesi)”

Dalam hal ini jenis profesi yang dimaksud adalah ahli atau expertise dalam kategori product yang dimaksud.

Contohnya untuk memperjelas: Kalau product-nya shampoo, maka jenis profesinya adalah hair stylist, kalo product-nya pasta gigi, profesinya adalah dentist, kalo product-nya energy drink, jenis profesinya mungkin atlit.

Jadi kalimat di atas lengkapnya bisa jadi adalah:

“Penelitian selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa Shampoo Sutra digunakan oleh lebih dari 70% hair stylist

Lho kok nama shampoo-nya seperti nama alat kontrasepsi yach? Biar ah.. lha wong maksudnya biar rambut selembut sutra je he.he..he…

 

Apa reaksi anda jika mendengar hal itu?

Anda percaya akan kehebatan product tersebut? Anda tertarik menggunakan product tersebut?

 

Hati-hati Saudara, jangan cepat percaya. Cek lagi deh apa maksudnya.  Ingat, PM Inggris, Benjamin Disraeli pernah mengingatkan, di dunia ini cuma ada tidak macam kebohongan: lies, damned lies, and statistic. Saran saya, baca deh buku How to Lie with Statistics, karya Darrell Huff. Atau yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Berbohong dengan Statistik.

 how to lie with statistics

(gambar versi asli aku ambil dari sini, versi terjemahan koleksi pribadi)

Buku ini cukup kontrofersial pada masanya, karena mengungkapkan beberapa praktek “penipuan” atau “mis-lead” dengan menggunakan statistic. Mis-lead itu bisa berupa penyajian data dan hasil, asal menggunakan data, atau pemaparan dua data yang kelihatannya berhubungan padahal sesungguhnya tidak, dan banyak cara yang lain. Praktek ini sering digunakan oleh “praktisi statistic” bukan oleh “statistics” itu sendiri atau “statistician”.

 

Bagaimana cara berbohong untuk contoh kasus diatas? Apa yang salah dengan “Penelitian selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa Shampo Sutra digunakan oleh lebih dari 70% hair stylist”?

 

Tidak perlu panjang lebar menerangkan, mungkin dengan membaca illustrasi di bawah ini saja sudah cukup. Tidak perlu pusing-pusing dengan hitungan. Very simple:

  Continue reading