Ketika Ramadhan tiba, aku teringat akan perbincangan dengan seorang teman di Balikpapan beberapa saat yang lalu. Berikut ini pendapat teman tersebut mengenai Ramadhan. Ini adalah pendapat pribadinya, bisa saja salah.
“Ramadhan adalah bulan bonus. Bulan ketika setiap amal kita, setiap ibadah kita mendapatkan pahala berlipat-lipat. Jauh lebih besar daripada bulan biasa. Inilah bulan pembelajaran bagi saya, supaya bisa menjadi lebih baik, lebih taat, dan lebih beriman.
Saya sendiri pada bulan Ramadhan, memang memperbanyak ibadah ke atas, tapi kalo amal kepada yang kurang mampu atau ke panti asuhan, tidak beda dengan bulan biasa, bahkan mungkin sedikit berkurang. Mungkin aku terlalu matematis. Pada bulan ini orang lain telah banyak memberi mereka, so.. aku justru sedikit mengerem sedekahku. Biarlah aku berikan di bulan lain, ketika orang-orang yang lain tidak terlalu banyak bersedekah.
Niatanku adalah membantu mereka, bukan membeli surga. Aku tidak peduli apakah setiap kali aku beramal aku mendapat pahala atau tidak, yang penting aku membantu mereka yang kurang beruntung. Karena sesungguhnya berapa pun pahala yang coba aku kumpulkan, tidaklah akan mampu menutupi kesalahan dan dosaku. Aku manusia lemah dan banyak dosa.
Semoga aku tetap bisa mempertahankan ibadahku setelah Ramadhan usai.”
Sebagaimana menara masjid yang belum usai dibangun, demikianlah perjuangan iman kita. Tidak berakhir seiring gema takbir. Kita masih harus terus membangun menara itu. Kita masih harus terus mengolah diri kita agar lebih taqwa, lebih beriman dan lebih baik, di bulan biasa, bukan hanya di bulan “bonus”.
waaaaaaaaaaaahhhh bro….
aku cinta sama temannya bro tuh…
pemikirannya sama denganku hihihi
meskipun aku bukan moslem
(jadi mungkin salah)
BUKAN MEMBELI SURGA!!!
ahhhh aku suka sekali pendapat ini
EM
Yup mbak EM, gw juga suka banget dengan ungkapan dia, BUKAN MEMBELI SURGA 🙂
pendapat sahabatmu itu mantap benar Bro…
beribadah bukan karena berharap ganjaran, tapi karena memang keterpanggilan hati yang disebabkan oleh kebutuhan jiwa… 😀
bener Uda, dia tidak peduli dg pahala, tp emang dia mau membantu orang lain 🙂
Filosofi menara masjidnya yang belum selesai menarik, Bro. Waktu belum baca artikelnya, aku sempat mikir, kenapa juga milih menara yang belum selesai dibangun?
filosofi menara?? wah kok tinggi banget yach kalo disebut filosofi… analogi aja kali bu tuti..
mmmm…Maaf lahir batin ya…
dan aku suka pendapatnya…dimana kita berbuat baik karena kita senang malakukannya…dan karena senang itu lah memberikan makanan biar jiwa tetap sehat…Bukan karena ingin membeli surga 😉
bener, setuju, aku sependapat dengan dia ttg ber-amal, BUKAN MEMBELI SURGA 😉
Yapz….setuju…
beramal ya beramal aja, seikhlas dan setulus hati…nggak pakai itung-itungan…
ANALOGI YANG MANTAPZZZZZZ..
i got it
“BUKAN UNTUK MEMBELI SURGA”
afdhal like this (4 Jempol)