Ini masih tentang kuliner, setelah tulisan sebelumnya mengenai tempat makan yang sangat recommended di Jogja. Ah… apasih yg tidak berhubungan dengan makan untuk BroNeo? Hehehehe
Kembali ke judul di atas, saat ini banyak sekali beredar bumbu instant. Mulai dari sekadar nasi goreng, sampai gulai, rendang, dan aneka macam masakan lainnya. Secara rasa, sebenarnya tidak terlalu cocok dengan lidahku, karena kadang rasanya kurang rumangsuk, tidak terasa sampai dalam, rasa hanya di luarnya saja. Selain itu, rasanya jadi standart, bisa jadi terlalu asin bagi kita, terlalu manis, atau sebaliknya, kurang pedas, kurang gurih. Singkat kata, bisa jadi bumbu instant itu kurang pas di selera kita.
Selain masalah rasa, aku juga kurang suka dengan prosesnya yang instant. Aku termasuk orang yang percaya proses. Proses yang baik, akan memberikan hasil yang baik juga.
Pandanganku yang “kontra” itu mendadak sontak goyah, tidak tahu harus “pro” atau “kontra” terhadap bumbu instant itu. Kalaupun tidak “pro” sekarang aku tidak “kontra” alias netral-netral saja. Apasih yang membuat berubah? Kok tiba-tiba goyah pendapatku?
Seperti biasa, setiap minggu aku dan istriku berbelanja untuk keperluan satu minggu. Beberapa waktu yang lalu, kebetulan kami sedang di Bandung, sehingga kami sempatkan berbelanja “extra”. Bahan-bahan makanan yang tidak tersedia di Tasikmalaya, kami beli di Bandung. Ada juga bahan yang sebenarnya di Tasikmalaya ada, tapi yang di Bandung lebih segar tampaknya.
Namun tiba-tiba saja ada perubahan rencana. Istriku yang tidak punya rencana mudik, mendadak pulang kampung, karena kakaknya yang sekarang tinggal di German, pulang bersama suami dan anaknya. Kapan lagi bisa ketemu. Kesempatannya sekarang atau nunggu setahun lagi. Sebenarnya kakak iparku berencana balik lagi ke Indonesia, tapi belum tahu kapan, dan belum tentu bisa pulang lengkap bersama seluruh keluarga. Jadi deh, istriku pulang kampung, meninggalkan bahan makanan yang lumayan banyak, dan bisa rusak jika tidak segera diolah.
Continue reading →